http://www.fotografindo.com |
Seperti Masyarakat sunda pada umumnya, Sumedang memiliki budaya pertanian / agraris secara turun temurun. Sehingga budaya dan tradisi yang melatar belakangi nya adalah kehidupan dan tradisi keseharian masyarakat petani.
Masyarakat Sumedang selama ini merupakan masyarakat agraris yang tidak terlepas dari budaya yang berkaitan dengan pertanian. Beberapa kesenian dan upacara ditujukan untuk meminta keberkahan saat musim tanam, bersyukur pada saat panen, bersuka cita pada saat menumbuk padi dan seni budaya lainnya.
Seni Karinding
Karinding merupakan alat musik sunda yang terbilang unik, terbuat dari daun pelepah enau ( kawung ) atau bilah bambu , getar nadanya tergantung kemampuan pengolahan rasa dari peniupnya.
Kepekaan rasa sangat diperlukan dalam memainkan alat musik ini, karena tidak tidak memiliki nada-nada permanen seperti halnya alat tiup lainnya. Alat musik karinding tergantung dari kemampuan mengolah gema rongga mulut dari peniupnya.
Disebut karinding meujuk dari sejenis serangga sawah yang nyaring bunyinya yaitu Karindingan. ( kemungkinan serangga jenis ini sudah punah). Pada jaman dahulu Karinding tidak dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakat Pertanian sunda. digunakan untuk mengisi kebosanan saat di Ladang. dan resonansi suaranya dapat digunakan sebagai pengusir hama.
Seni karinding juga digunakan kaum 'Jajaka' untuk menaklukan hati pujaan hatinya.
Seni Beluk
Seni Beluk adalah sejenik seni suara. Kesenian rakyat ini tidak diiringi oleh instrumen musik ( dalam seni modern disebut acapela) , dengan pengertian bahwa suara / sora dieluk-eluk sehingga seorang pemain beluk harus kuat phisik suaranya sehingga mampu dalam memainkan suara keras serta nada panjang. pemainnya yang berjumlah empat orang atau lebih.
Syair yang biasa digunakan dalam pementasan seni Beluk berasal dari naskah-naskah yang bersumber dari “Carita Babad” / Wawacan. Berdasarkan pembagian peran penyajian kesenian Beluk dapat dilihat aspek gotong-royong, kerja sama, dan komunikasi dalam mencapai sebuah keharmonisan. Aspek-aspek tersebut merupakan aspek yang menjadi ciri khas sebuah tatanan sosial masyarakat agraris.
Sangat menarik dari pertunjukan Beluk adalah para juru Ilo menyajikan dengan suara yang keras dan panjang, sehingga menambah suasana yang khas pedesaan penuh keakraban dan harmoni dengan lingkungan alam sekitarnya.
Frekuensi suara tinggi merupakan bentuk representasi komunikasi antara para petani yang sedang meladang, karena posisinya saling berjauhan, mereka membutuhkan suara keras dan kencang agar dapat saling berkomunikasi.
Seni Tutunggulan
Kata Tutunggulan berasal dari kata,"Nutu" yang artinya "Menumbuk" sesuatu. Sesuatu yang ditumbuk, biasanya adalah gabah kering hingga menjadi beras atau,dari beras menjadi tepung. Menumbuk gabah menjadi beras tersebut, biasanya di kerjakan oleh ibu-ibu, tiga sampai empat orang. Ayunan alunya mengenai lesung yang menimbulkan suara khas berirama,dengan tujuan agar tidak membosankan dalam menumbuk padi, SENInya di Tutunggulan. ,Ini dilakukan hingga pekerjaan selesai.
Seni Gondang
Seni gondang sunda atau seni tabuh lisung, seni tradisional ini merupakan seni budaya sunda warisan dari nenek moyang yang pernah populer puluhan tahun lalu.“ "Gondang, merupakan salah satu seni yang mencerminkan masyarakat agraris untuk mengekspresikan rasa syukur kepada Yang Maha Kuasa atas keberhasilan dalam bertani. Biasanya seni gondang buhun dimainkan untuk merayakan panen yang melimpah.
Pada mulanya gondang merupakan bagian dari upacara untuk menghormati Dewi Padi, Nyi Pohaci SANGHYANG SRI, waktu menumbuk padi untuk pertama kalinya, biasa disebut meuseul Nyai Sri, setelah panen usai. sebagai luapan rasa gembira usai panen raya, tetapi juga merupakan suatu kesempatan bagi kaum muda untuk mendapatkan pasangan
Sekelompok pemudi menumbuk padi dengan mempergunakan lesung, kemudian sekelompok pemuda datang. Terjadilah dialog yang akhirnya mereka pulang berpasang-pasangan.
Salah satu ciri gondang adalah adanya kegiatan “tutunggulan” dengan alat alu atau lesung. “Tingtung tutunggulan gondang” artinya bunyi-bunyian yang terdengar dari pukulan alu dan lesung yang dimainkan oleh beberapa orang, sehingga membentuk paduan bunyi yang polyphonis. Adapun alat-alat kesenian Gondang diantaranya adalah Lisung, Halu, Kecapi, Kendang, Goong, Kohkol dan Angklung Buncis.
Jentreng atau Tarawangsa
Karinding merupakan alat musik sunda yang terbilang unik, terbuat dari daun pelepah enau ( kawung ) atau bilah bambu , getar nadanya tergantung kemampuan pengolahan rasa dari peniupnya.
Kepekaan rasa sangat diperlukan dalam memainkan alat musik ini, karena tidak tidak memiliki nada-nada permanen seperti halnya alat tiup lainnya. Alat musik karinding tergantung dari kemampuan mengolah gema rongga mulut dari peniupnya.
Disebut karinding meujuk dari sejenis serangga sawah yang nyaring bunyinya yaitu Karindingan. ( kemungkinan serangga jenis ini sudah punah). Pada jaman dahulu Karinding tidak dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakat Pertanian sunda. digunakan untuk mengisi kebosanan saat di Ladang. dan resonansi suaranya dapat digunakan sebagai pengusir hama.
Seni karinding juga digunakan kaum 'Jajaka' untuk menaklukan hati pujaan hatinya.
Seni Beluk
Seni Beluk adalah sejenik seni suara. Kesenian rakyat ini tidak diiringi oleh instrumen musik ( dalam seni modern disebut acapela) , dengan pengertian bahwa suara / sora dieluk-eluk sehingga seorang pemain beluk harus kuat phisik suaranya sehingga mampu dalam memainkan suara keras serta nada panjang. pemainnya yang berjumlah empat orang atau lebih.
Syair yang biasa digunakan dalam pementasan seni Beluk berasal dari naskah-naskah yang bersumber dari “Carita Babad” / Wawacan. Berdasarkan pembagian peran penyajian kesenian Beluk dapat dilihat aspek gotong-royong, kerja sama, dan komunikasi dalam mencapai sebuah keharmonisan. Aspek-aspek tersebut merupakan aspek yang menjadi ciri khas sebuah tatanan sosial masyarakat agraris.
Sangat menarik dari pertunjukan Beluk adalah para juru Ilo menyajikan dengan suara yang keras dan panjang, sehingga menambah suasana yang khas pedesaan penuh keakraban dan harmoni dengan lingkungan alam sekitarnya.
Frekuensi suara tinggi merupakan bentuk representasi komunikasi antara para petani yang sedang meladang, karena posisinya saling berjauhan, mereka membutuhkan suara keras dan kencang agar dapat saling berkomunikasi.
Seni Tutunggulan
Kata Tutunggulan berasal dari kata,"Nutu" yang artinya "Menumbuk" sesuatu. Sesuatu yang ditumbuk, biasanya adalah gabah kering hingga menjadi beras atau,dari beras menjadi tepung. Menumbuk gabah menjadi beras tersebut, biasanya di kerjakan oleh ibu-ibu, tiga sampai empat orang. Ayunan alunya mengenai lesung yang menimbulkan suara khas berirama,dengan tujuan agar tidak membosankan dalam menumbuk padi, SENInya di Tutunggulan. ,Ini dilakukan hingga pekerjaan selesai.
Seni Gondang
Seni gondang sunda atau seni tabuh lisung, seni tradisional ini merupakan seni budaya sunda warisan dari nenek moyang yang pernah populer puluhan tahun lalu.“ "Gondang, merupakan salah satu seni yang mencerminkan masyarakat agraris untuk mengekspresikan rasa syukur kepada Yang Maha Kuasa atas keberhasilan dalam bertani. Biasanya seni gondang buhun dimainkan untuk merayakan panen yang melimpah.
Pada mulanya gondang merupakan bagian dari upacara untuk menghormati Dewi Padi, Nyi Pohaci SANGHYANG SRI, waktu menumbuk padi untuk pertama kalinya, biasa disebut meuseul Nyai Sri, setelah panen usai. sebagai luapan rasa gembira usai panen raya, tetapi juga merupakan suatu kesempatan bagi kaum muda untuk mendapatkan pasangan
Sekelompok pemudi menumbuk padi dengan mempergunakan lesung, kemudian sekelompok pemuda datang. Terjadilah dialog yang akhirnya mereka pulang berpasang-pasangan.
Salah satu ciri gondang adalah adanya kegiatan “tutunggulan” dengan alat alu atau lesung. “Tingtung tutunggulan gondang” artinya bunyi-bunyian yang terdengar dari pukulan alu dan lesung yang dimainkan oleh beberapa orang, sehingga membentuk paduan bunyi yang polyphonis. Adapun alat-alat kesenian Gondang diantaranya adalah Lisung, Halu, Kecapi, Kendang, Goong, Kohkol dan Angklung Buncis.
Jentreng atau Tarawangsa
Seni Jentreng berasal dari Ranca Kalong - Sumedang. Sejak dulu masyarakat Sunda terkenal dengan budaya ngahuma atau berladang. Karena itu kesenian yang tumbuh di masyarakat Sunda selalu terkait dengan mitos Dewi Sri. Begitu pula dengan kesenian Jentreng atau lebih terkenal dengan sebutan Tarawangsa.
Masyarakat Sumedang menempatkan Seni Jentreng sebagai media pokok dalam penyelenggaraan upacara Nyalin atau panen padi. Seni Jentreng adalah upacara ritual yang berhubungan dengan magis religius untuk menghormati Dewi Sri. Masyarakat Rancakalong menyebutnya dengan nama Kersa Nyai dengan tujuan supaya Kersa Nyai tetap tinggal dan betah.
Tarawangsa adalah instrumen gesek yang bentuknya mirip rebab. Resinatornya terbuat dari kayu berleher panjang dan bersenar 2 utas. Acara tersebut diisi dengan tari-tarian yang diiringi dengan petikan alat musik Tarawangsa dan Kecapi.
Tarawangsa merupakan kesenian tradisi upacara adat yang biasa dilakukan untuk peringatan muludan (maulid Nabi), ngabubuy pare (panen padi) sebagai ungkapan rasa syukur kepada Tuhan atas panen padi yang melimpah, mubur Syuro maupun syukuran-syukuran yang lainnya. Jentreng adalah perpaduan antara tujuh buah kecapi dan dua buah rebab yang dimainkan secara bersamaan.
Tarawangsa merupakan kesenian tradisi upacara adat yang biasa dilakukan untuk peringatan muludan (maulid Nabi), ngabubuy pare (panen padi) sebagai ungkapan rasa syukur kepada Tuhan atas panen padi yang melimpah, mubur Syuro maupun syukuran-syukuran yang lainnya. Jentreng adalah perpaduan antara tujuh buah kecapi dan dua buah rebab yang dimainkan secara bersamaan.
Sumber :
Ladang View. 2016. Seni dan Budaya Sumedang - Indonesia. Diakses tanggal 15 Agustus 2016. Link ; http://www.ladangview.com/seni-budaya-sumedang.html